Sabtu, 24 September 2022
Merawat alam sebagai ciptaan Allah adalah tugas kita bersama. Maraknya eksploitasi tanah, penebangan hutan secara sembarang, penggunaan pupuk kimia berlebihan, dan pengutamaan profit-hasil mengakibatkan unsur-unsur hara tanah yang sangat dibutuhkan tumbuhan secara berkelanjutan menjadi minus bahkan krisis. Sebelum maraknya pola pertanian modern, tidak susah bagi sebuah batang ubi kayu untuk tumbuh dan berbuah. Tanaman ini tidak perlu dipupuk dan dibersihkan, tetapi menghasilkan buah jua. Fenomena hari ini berbeda. Tanaman yang dipupuk saja belum tentu berbuah dan tidak menghasilkan sesuai harapan para petani. Dengan demikian, keterampilan para petani perlu diperlengkapi dalam aspek ekoteologi. Artinya, mereka memiliki prinsip bahwa Allah berkenan atas hasil panen yang didasarkan pada kasih kepada bumi dan ciptaan lainnya.
Foto 1. Peserta Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) berfoto bersama di GPP Parhorboan Kec. Siborongborong Kab. Tapanuli Utara.
Naiknya harga pupuk berbahan kimia tentu menjadi keluhan masyarakat petani. Upaya untuk mengurangi masalah yang muncul, maka masyarakat perlu mendapat pelatihan pembuatan pupuk berbahan organik. Dengan bahan pupuk organik unsur hara dan humus tanah akan terjaga kualitasnya dan tanah akan menumbuhkan tanaman-tanaman yang layak untuk menjaga kesehatan manusia. Dalam hal ini, Prodi Teologi Fakultas Ilmu Teologi IAKN Tarutung bersama-sama dengan lembaga mitra untuk melaksanakan pengayaan mata kuliah ekoteologi dan pelatihan pembuatan pupuk organik. Jemaat Gereja perlu edukasi tentang tanggungjawabnya terhadap alam semesta ini. Mengasihi Allah berarti mengasihi alam dan mengasihi sesamanya manusia.
Foto 2. Pelaksanaan kegiatan PkM di GPP Parhorboan Kec. Siborongborong Kab. Tapanuli Utara.
Pelaksananan pelatihan diawali dengan sosialisasi program kerja PkM FIT oleh pihak dekanat yakni Dr. Junjungan Simorangkir, M.Th. sekaligus pemaparan materi tentang pentingnya menghargai alam sebagai sesama ciptaan. Tidak hanya itu, dalam mini seminar tentang ekoteologi “Sinur Napinahan, Gabe Naniula, Horas Mangulahon dalam Perspektif Ekoteologi”, Dr. Bestian Simangunsong, M.Th. memaparkan urgensi pertanian selaras alam (PSA) yang sejalan dengan sinur napinahan, gabe naniula, horas mangulahon. Dalam pemaparannya Dr. Bestian Simangunsong, M.Th. mengatakan “molo tasegai tombak ta on, na merancang kematian ta do hita damang, dainang.” Mini seminar tersebut dilanjutkan dengan kegiatan pelatihan pembuatan pupuk organik yang dipaparkan oleh lembaga mitra Fakultas Ilmu Teologi yakni Aiptu. Manahasa Sihombing, S.H. yang didampingi oleh para dosen dan mahasiswa prodi Teologi FIT IAKN Tarutung.
Foto 3. Sosialisasi dan Pemaparan materi oleh Dr. Jungjungan Simorangkir, M.Th.
.
Foto 4. Tiffany Tamba, M.Si.Teol. memoderatori sesi tanya jawab mini seminar yang dibawakan oleh Dr. Bestian Simangunsong, M.Th. dan ditanggapi sangat antusias oleh jemaat GPP Parhorboan.
Foto 5. Aiptu. Manahasa Sihombing, S.H. selaku narasumber ketiga memberi pelatihan pembuatan pupuk organik dan jemaaat GPP Parhorboan menyambut dengan serius dan sangat antusias.
Foto 6. Tim PkM prodi Teologi FIT IAKN Tarutung (diwakili oleh ketua PkM, Erman Saragih, M.Th. dan lembaga mitra FIT IAKN Tarutung menyerahkan pupuk organik cair kepada jemaat.
Diharapkan kegiatan Pengayaan Mata Kuliah Ekoteologi dan Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik di GPP Parhorboan Kec. Siborongborong Kab. Tapanuli Utara” menjawab permasalahan krisis lingkungan (alam) dan minus kepedulian untuk merawat dan melestarikan alam semesta sebagai ciptaan Allah. Bahkan memperlengkapi jemaat dengan melatih keterampilan pupuk berbahan organik sehingga mereka kreatif dan inovatif dalam bertani dan mengurangi beban materi terkait kenaikan harga pupuk berbahan kimia.