Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Tarutung kembali meresmikan Huta (Kampung) Moderasi Beragama di Desa Si Raja Hutagalung, Tapanuli Utara. Huta Moderasi Beragama Desa Si Raja Hutagalung adalah Huta Moderasi Beragama ketiga yang diresmikan oleh IAKN Tarutung setelah Huta Moderasi Kampung Mesjid di Tarutung dan Huta Moderasi Beragama Huta Parausorat di Sipirok Tapanuli Selatan. Peresmian Huta Moderasi Beragama Desa Si Raja Hutagalung dilakukan oleh Direktur Pendidikan, Ditjen Bimbingan Masyarakat (Bimas) Kristen Kementerian Agama RI, Dr Sudirman Simanihuruk, mewakili Dirjen Bimas Kristen, yang didampingi oleh Prof Dr Albiner Siagian (Rektor IAKN Tarutung). Turut serta meresmikan huta moderasi beragama itu, antara lain, Ir. David Sipahutar, M.Si, mewakili Penjabat Bupati Tapanuli Utara, dan Kepala Desa Si Raja Hutagalung. Peresmian Huta Moderasi Beragama di Desa Si Raja Hutagalung dihadiri oleh para pejabat fungsional dan struktural IAKN Tarutung, tokoh agama, tokoh masyarakat, pimpinan organisasi kemasyarakatan dan keagamaan, sekolah negeri dan swasta serta masyarakat Desa Si Raja Hutagalung.
Dalam laporannya, Ketua Panitia Peresmian Huta Moderasi Beragama di Desa Si Raja Hutagalung, Denata Rajagukguk, M.Sn, menyatakan bahwa peresmian huta moderasi beragama ini terselenggara atas kerja sama Direktorat Urusan Agama, Ditjen Bimas Kristen dan Rumah Moderasi IAKN Tarutung. Acara peresmian ini disertai dengan Dialog Kerukunan Antar Umat Beragama yang diikuti oleh 100 orang peserta dari berbagai latar belakan dan Penyuluhan Percepatan Penurunan Stunting kepada masyarakat dan keluarga. Acara peresmian itu juga dimeriahkan oleh marching band dari SMA Swasta 1 YP HKBP Tarutung, taritarian dari SD Negeri Hutagalung, SMP Al- Falah Tarutung. dan SMP Swasta Santa Maria Tarutung.
Gambar 1. Pengguntingan Pita pada Peresmian Huta Moderasi di Desa Si Raja Hutagalung, Tapanuli Utara
Direktur Pendidikan Kristen, Dr. Sudirman Simanihuruk, dalam sambutannya, menyatakan bahwa IAKN Tarutung dinilai mempunyai kapasitas untuk bersinergi dengan Kementerian Agama RI membangun huta moderasi beragama. Peresmian desa moderasi beragama ini merupakan langkah bersejarah untuk Desa Si Raja Hutagalung yang akan menjadi simbol kerukunan di Kabupaten Tapanuli Utara. Perbedaan akan menjadi kekuatan untuk saling memahami dan saling menghormati satu sama lain dan hidup rukun harus diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan adanya huta moderasi beragama di desa diharapkan masyarakat dapat terus menjaga sikap toleransi, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan memperkuat kerjasama antar umat beragama. “Mari kita bersama-sama bekerja untuk menjaga kerukunan dan keharmonisan di desa ini sehingga menjadi percontohan bagi desa-desa lainnya,’ ujarnya.
Gambar 2. Sambutan Direktur Pendidikan, Dr Sudirman Simanihuruk
Sementara itu, Rektor IAKN Tarutung Prof. Dr.Ir. Albiner Siagian, M.Si mengucapkan terimakasih kepada Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara, secara khusus Pemerintah Desa Siraja Hutagalung, yang sejak awal menerima pembentukan huta moderasi beragama di desa tersebut. Beliau juga berharap agar ke depan masyarakat Siraja Hutagalung tetap menjaga suasana persaudaran dan kebersamaan antarpemeluk agama di desa tersebut.
Gambar 3. Salam Moderasi Beragama
Dialog Kerukunan Antar Umat Beragama menghadirkan narasumber Ferry Wira Padang (Direktur Aliansi Sumut Bersatu) menyampaikan materi tentang merawat kebersamaan dalam keberagaman adalah wujud moderasi beragama. Narasumber lainnya adalah Pdt. Janike Sihombing, S.Th (Pendeta Ressort HKBP Hutagalung), Maurid Hutagalung (tokoh masyarakat Kristen), dan Maringan Hutagalung (tokoh masyarakat Muslim). Kedua tokoh yang disebutkan terakhir ini, masing-masing, menyampaikan materi tentang sejarah hadirnya umat muslim, berdirinya Masjid, dan sejarah marga Hutagalung di Desa si Raja Hutagalung.
Gambar 4. Peserta Dialog Kerukuanan Antar Umat Beragama
Pada kesempatan lain, pada Penyuluhan Percepatan Penurunan Stunting, Prof Dr Albiner Siagian (Guru Besar Ilmu Gizi) mengenalkan stunting kepada masyarakat faktor-faktor penyebab, akibat, dan upaya untuk mencegah dan menanganinya. Dalam paparannya, Prof Dr Albiner Siagian menyatakan bahwa pada dasarnya adalah kesalahan besar kalau di daerah kita ini masih banyak anak yang menderita stunting (Batak: marpekpeng). “Kita diberikan Tuhan tanah yang subur untuk lahan menanam tanaman sumber pangan dan memelihara ternak dan ikan. Kita juga memiliki sumber sayur-sayurang yang murah diperoleh. Akan tetapi, kita tidak mengolah, memanfaatkan dan menggunakannya,” demikian tandasnya.
Gambar 5. Penyuluhan Percepatan Penurunan Stunting oleh Prof Dr Albiner Siagian